Sunday 4 November 2012

Teori Analisis Sastra dengan Pendekatan Stilistika


  Dalam melakukan kritik sastra, harus barangkat dari suatu pola pikit tertentu yang dirumuskan secara matang agar hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan. Hal ini penting, karena karya sastra dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Cara memandang dan mendekati objek dengan titik pandang tersebutlah yang disebut pendekatan. Secara teoritis, pendekatan adalah asumsi dasar yang dijadikan pegangan menilai sesuatu. Di dalam menjalankan kritik sastra, dikenal beberapa pendekatan, salah satunya adalah pendekatan stilistika.


A.      Pengertian Pendekatan Stilistika
Pendekatan stilistika di dalam kritik sastra bertolak dari pandangan bahwa isi pokok karya sastra itu ada dua, yang pertama adalah bahasa dan kedua adalah isi yang berupa tema, pemikiran, dan falsafah. Pendekatan stilistika menganut paham bahwa unsur pokok sastra adalah bahasa. Bahasa yang digunakan dalam karya sastra itu mempunyai kaitan pula dengan sastrawan. Sastrawan mengerahkan kemampuan dan kreativitas masing-masing dalam menciptakan karya mereka. Dengan kata lain, pendekatan stilistika berarti asumsi dasar yang digunakan oleh kritikus dalam menilai suatu karya sastra ditinjau dari segi kebahasaannya.

B.       Prinsip Pendekatan Stilistika
Seorang peneliti yang ingin menggunakan pendekatan stilistika dalam menguraikan sebuah karya sastra, harus menguasai dengan baik konsep-konsep linguistik. Konsepsi dan kriteria pendekatan stilistika dalam kritik sastra adalah sebagai berikut:

1.    Pendekatan stilistika memberikan perhatian utama terhadap tampilan bahasa di dalam karya sastra. Hal-hal yang terkait, yaitu:
a.         Bentuk dan variasi kalimat, klausa, frase, kata, bunyi, dan majas.
b.         Bentuk-bentuk penyimpangan dari struktur bahasa natural.
c.         Manipulasi bunyi, kata, ungkapan, frase, kalimat, dan wacana dalam penciptaan gaya.
d.        Pilihan kata yang tepat.
e.         Pencampuran berbagai gaya dalam suatu karya sastra.
f.          Analisis pemakaian kata dalam kalimat, kalimat dalam paragraf, dan paragraf dalam wacana.
g.         Pemakaian dialek daerah atau ragam bahasa nonformal.
h.         Aspek makna.

2.    Pendekatan stilistika memberikan perhatian penuh kepada kemampuan dan kreativitas pengarang. Hal-hal yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut:
a.         Memperhatikan ciri khas atau gaya personal pengarang.
b.         Memperhatikan corak dan pancaran bakat kepengarangan.
c.         Analisis ciri khas kepengarangan tersebut kemudian dikaitkan dengan kelompok pengarang pada periode tertentu.
d.        Analisis tersebut juga dapat dilakukan untuk melihat kemungkinan terjadinya perubahan gaya pada seseorang yang menjalankan profesi dalam jangka waktu yang panjang.

3.    Pendekatan stilistika juga memberikan perhatian terhadap analisis wacana. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
a.         Dalam menganalisisnya, cukup yang hanya terkait dengan aspek pemakaian bahasa.
b.         Cara pengembangan narasi dalam fiksi
c.         Cara pengembangan pola deskriptif dalam fiksi.
d.        Cara pengembangan baris dalam larik, larik dalam puisi.
e.         Hubungan antarkalimat dalam wacana.

4.    Pendekatan stilistika juga dikaitkan dengan analisis perwatakan. Hal ini penting, karena bahasa mempunyai kaitan dengan karakter tokoh. Selain itu, perwatakan atau perilaku pengarang juga senantiasa tercermin dari bahasa yang digunakan.

5.    Pendekatan stilistika juga terkait dengan pemahaman pembaca. Hal itu disebabkan adanya pandangan bahwa keberhasilan sebuah komunikasi tidak diukur dari segi pembicara (sastrawan), tetapi diukur dari penerimaan khalayak pembaca. Bila terjadi kesukaran pemahaman pada pembaca, maka harus dicari faktor penyebabnya. Resepsi pembaca yang terganggu mungkin disebabkan kelemahan pembaca itu sendiri atau mungkin terjadi karena kesalahan penulis dengan karyanya.

C.      Hal-hal yang Dianalisis dengan Pendekatan Stilistika
Kaitannya dengan kritik sastra, kajian stilistika digunakan sebagai metode untuk menghindari kritik sastra yang bersifat impresionisdan subyektif. Melalui kajian stilistika ini, diharapkan dapat memperoleh hasil yang memenuhi kriteria obyektifitas dan keilmiahan. Pada kritik sastra, prosedur analisis yang digunakan dalam kajian stilistika, diantaranya: analisis aspek dalam gaya bahasa, analisis aspek-aspek kebahasaan, serta analisis gagasan makna yang dipaparkan dalam karya sastra.
Hal-hal yang dianalisis dengan pendekatan stilistika, antara lain:
1.      Analisi aspek bunyi dan fonem, hal tersebut biasa dilakukan terhadap puisi yang banyak memanfaatkan bunyi-bunyi untuk mencapai keindahannya, serta dalam fiksi yang menggunakan permainan bunyi.
2.      Analisis pilihan kata. Pilihan kata yang tepat dengan pemakaian yang tepat memberi pengaruh yang besar terhadap penciptaan gaya dan keindahan gaya.
3.      Analisi aspek kalimat. Dalam kaitan dengan kalimat, yang harus diperhatikan adalah penggunaan berbagai variasi kalimat dengan menyesuaikannya dengan suasana dan kondisi peristiwa. Begitu pula dengan aspek deviasi atau penyimpangan di dalamnya.
4.      Analisi aspek wacana.  Sebelum menganalisis dari aspek wacana, perlu pemisahan antara wacana fiksi, wacana puisi, serta wacana drama. Sebab, ketiganya mempunyai struktur fisik yang berbeda.
5.      Aspek semantik. Aspek semantik juga perlu dianalisis menggunakan pendekatan stilistika, sebab terkadang penggunaan bahasa di dalam karya sastra sukar dipahami atau ditangkap maknanya.
6.      Analisis unsur dramatisasi bahasa. Bahasa yang didramatisasi biasa disebut bahasa figuratif, bahasa kias, atau majas.
7.      Gaya personal pengarang atau penyair. Pengarang atau penyair merupakan pelaku utama terciptanya sebuah karya sastra. Apapun yang tampak dalam sebuah karya sastra, baik bentuk maupun isi, adalah buah tangan sastrawan. Bila sebuah karya sastra dinilai baik atau buruk, maka penilaian itu akan membias pada penulisnya.

Dengan kata lain, hal-hal yang dianalisis menggunakan pendekatan stilistika dapat bersifat fonologis (pola bunyi bahasa, mantra, rima), sintaksis (tipe struktur kalimat), leksikal (diksi, frekuensi penggunaan kelas kata tertentu), atau retoris (majas, citraan).